Selasa, 14 Juni 2011

Membangun Pendidikan, Mengatasi Kemiskinan

Hampir tidak ada yang membantah bahwa pendidikan adalah pionir dalam pembangunan masa depan suatu bangsa.

Jika dunia pendidikan suatu bangsa sudah jeblok, maka kehancuran bangsa tersebut tinggal menunggu waktu. Sebab, pendidikan menyangkut pembangunan karakter dan sekaligus mempertahankan jati diri manusia suatu bangsa. Karena itu, setiap bangsa yang ingin maju, maka pembangunan dunia pendidikan selalu menjadi prioritas utama.
Kisah Jepang, ketika luluh lantak akibat meledaknya bom di Nagasaki dan Hirosima adalah contoh nyatanya. Ketika itu, Jepang secara fisik telah hancur. Tetapi tak berselang beberapa waktu setelah itu, Jepang bangkit dan kini telah berdiri kokoh sebagai salah satu negara maju. Dalam konteks inilah, salah satu kunci utama keberhasilan Jepang adalah pembangunan dunia pendidikan, yang pada gilirannya membangun kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) ditetapkan sebagai prioritas.
Bagaimana dengan Indonesia? Hampir tak ada yang membantah bahwa kualitas pendidikan di Indonesia saat sekarang ini belumlah terlalu bagus, alias jeblok. Bahkan, kalau sedikit lebih ekstrim, kita dapat menyebut kualitas pendidikan kita anjlok, rendah dan memprihatinkan. Keberadaan atau posisi kita jauh di bawah negara-negara lain. Hal itu terlihat dari angka Human Development Indeks (HDI) yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga internasional, yang menunjukkan bahwa posisi kualitas sumber daya manusia Indonesia sangatlah rendah.
Kemudian, pada saat yang sama tingkat kemiskinan di negeri ini sungguh fantastis. Sangat besar dan mengkhawatirkan. Kita semua paham bahwa kemiskinan kini merupakan simbol yang tentunya sangat memalukan. Besarnya angka kemiskinan di Indonesia saat ini setara dengan kondisi 15 tahun yang lalu. Berdasarkan data (BPS), jumlah penduduk miskin pada tahun 2004 36,1 juta orang atau 16,6 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Tingkat kemiskinan dan pengangguran di Indonesia masih paling tinggi di antara negara-negara ASEAN. Demikian pula dalam indeks pembangunan manusia HDI, Indonesia masih menempati peringkat 111 dari 175 negara di dunia. Posisi ini jauh di bawah negara tetangga Malaysia (76) dan Filipina (98).
Beberapa waktu yang lalu, Bank Dunia juga mengeluarkan data terbaru perihal kemiskinan kita. Banyak pihak terkejut dengan pernyataan ini. Tak dapat kita bayangkan, sesuai data Bank Dunia, lebih dari 110 juta jiwa penduduk Indonesia tergolong miskin atau setara dengan 53,4 persen dari total penduduk. Suatu jumlah yang amat fantastis. Hampir separoh penduduk Indonesia. Hal ini tak pernah kita duga sebelumnya.
Dalam ukuran yang lebih mikro lagi, jumlah ketidaklulusan siswa SLTP dan SMU tahun 2006 ini, tergolong tinggi. Bahkan di beberapa sekolah ada yang tingkat kelulusannya nol persen. Suatu realita yang sangat memalukan. Padahal, standar kelulusan yang ditetapkan Depdiknas tidak terbilang tinggi.
Persoalannya, bagaimanakah masa depan bangsa ini? Atau bagaimana kualitas SDM kita? Harus diakui bahwa persoalan kualitas sumber daya manusia (SDM) memang berkaitan erat dengan mutu pendidikan. Sementara mutu pendidikan sendiri masih dipengaruhi oleh banyak hal dan sangat kompleks. Misalnya, bagaimana kualitas dan penyebaran guru, ketersediaan sarana dan prasarana, sistem pendidikan, dan lain-lain. Hal ini sering kita sebut dengan istilah faktor utama.
Salah satu hal yang menjadi sangat penting untuk mengatasi hal tersebut di atas, adalah dengan menumbuhkan political will pemerintahan sekarang ini untuk lebih memperhatikan sektor pendidikan. Bagaimana pemerintah misalnya mau menempatkan persoalan pendidikan sebagai salah satu prioritas dalam pengambilan kebijakannya. Pembangunan pendidikan adalah modal utama dalam membangun suatu bangsa. Sebab, pendidikan terkait dengan kualitas SDM. Maka, jika bangsa ini ingin maju, maka pembangunan dunia pendidikan adalah syarat mutlak yang harus dilakukan. (*)



Sinar Indonesia Baru, Nov 08, 2006
Suka
Be the first to like this post.
20 Tanggapan ke “Membangun Pendidikan, Mengatasi Kemiskinan”
Pengumpan untuk Entri ini Alamat Jejakbalik

1.
1 yahya nur ifriza Desember 18, 2006 pukul 1:44 pm

saya setuju dangan anda karena rakyat sangat membutuhkan pendidikan tapi kebanyakan mereka tidak sadar akan kekurangan mereka.
Balas
2.
2 agni Desember 23, 2006 pukul 3:22 pm

bagaimana mengatasi kemiskinan di indonesia
Balas
3.
3 nur Desember 26, 2006 pukul 9:18 am

saya sangat sependapat dengan anda.pendidikan dalam hal ini, menurut saya masih sangat global bagaimana dengan peran pendidikan nonformal sendiri dalam mengatasi kemiskinan?
Balas
4.
4 naya Desember 26, 2006 pukul 2:03 pm

buat yahya nur ifriza, klo menurut sy, bukan rakyat yang seharusnya dipertanyakan tapi pemerintahnya. Okeyyyaaa?
Balas
5.
5 ical Januari 3, 2007 pukul 2:19 am

saya sepakat ….

nggak ah saya bingung…

tapi nggak tahu ah….tapi ngomong2 saya cukup berpendidikan lho….

mungkin sistemnya tapi mungkin juga subsistemnya, atau mungkin juga yang ngebangun sistemnya yang salah….dan yang yang paling bisa dilihat sekarang ya yang menjalankan dan menjalani sistem tersebut…ya nggak sich…!!??? ck ck ck ck….
Balas
6.
6 rhoma Januari 4, 2007 pukul 4:11 pm

selama masih ada bakat2 pencuri atau rasa ingin menguasai hak orang alin disetiap diri orang Indonesia mak selama itu pula pendidikan akan menemui jalan buntu,karena setelah bidang politik dan ekonomi telah tidak bisa di”koripsi”-in lagi maka mumpung pendidikan menjadi hal yang dianggap penting makapendidikan akan menjadi lahan eksploitasi yang tentunya di bunkus dengan image”ingin memjukan pendidikan Indonesia,apa qta sebagai bangsa yang pernah besar tidak malu denag negara2 seperti malaysia karena beberapa dekade yang lalu qta mengiimkan tenaga pengajar kesana,ini berarti qta lebih dari mereka,sedangkan sekarang….jangan dibawah malah mereka melebihi qta,bukan bermaksud untuk merendahkan tapi seharusnya qta sebagai orang Indonesia jangan cepat merasa puas karena”life is mobile”dan harus maju ….dan terus maju…tapi sebenarnya qta ga kalah tapi cuma sedikit ketinggalan dan masih bisa dikejar koq,,,hidup indonesia
Balas
7.
7 RURI Maret 22, 2008 pukul 1:51 pm

GIMANA YA, SUPAYA INDONESIA GAK KAYA GINI TRUS? aKU MALU! AKU KAN JUGA ANAK INDONESIA, AKU JUGA PELAJAR! AKU PENGEN BUAT SESUATU YANG BERHARGA BUAT BANGSA INI KHUSUSNYA UNTUK PENDIDIKan, tapi apa? negara korup yang kaya gini gimana bisa maju kalo anak mudanya sendiri ga mau maju!
Balas
8.
8 zim April 4, 2008 pukul 10:46 pm

jangan bisanya mengkritik saja cari solusinya donk!!!
Balas
9.
9 full April 16, 2008 pukul 11:58 pm

pendidikan mahal…………
bukan sekolahnya………..(embel-embelnya ‘kan ada beasiswa’!!..bulshit!!)
tapi buku-bukunya……….
Balas
10.
10 full April 17, 2008 pukul 12:46 am

oh iya,,,
saya tau cara jitu mengatasi kemiskinan…
1. jangan jadi pemalas
pemerintah melulu yang disalahin,,tapi kitanya aja pemalas..

2. sifat yg terlalu konsumtif tuh hilangin
biar kaga gensi,,,,banyak yg ngekredit motor atau mobil,,,padahal ekonominya dia aja morat marit….pas bensin naik…ngamuk deh semuanya

3. pemerintah harus subsidi banyak buat sembako…pokonya murah deh buat sembako

4. tuh siaran2 tv kaya film,sinetron…lebih banyak ngeliatin org yg banyak duit..jd deh kemiskinan d indonesia kaga keliatan

5. banyak org yang terobsesi jd artis
ya iyalah,,gaji artis aja disebutin d infotainment…maksudnya sih biar terbuka,,,tp membawa pengaruh buruk juga..
karena terlalu berobsesi jd artis,,,pendidikan kacau deh…

6. jangan bilang,,,’ya itu tergantung orangnya masing2′ tp faktor lingkungan jg berpengaruh
ingat sifat setiap org tuh beda2…ada yg gampang terpengaruh ada yg nggak

7. subsidi kertas….biar buku2 pada murah

8. pelajaran d skul,,,lebih diperhatikan…..berapa kali ya ganti kurikulum?? hehehe,,,dasar plin plan….
kenapa sekolah ga memperhatiin siswanya…
padahal kan siswa bisa milih pelajaran yang ia gemari,,,jd pelajaran lain ga usah dikuti..
indonesia pinter banget….semua pelajaran di ambil,,,hebat!!!!!!!!!…tapi tetep aja murah…hehehe
jujur aja,,kita seperti zaman penjajahan dulu,,,org yang mentok ga bisa matematika,,dipaksa terus,,,12 tahun ada melulu,,,gimana ga stress itu anak,,,
semua pelajaran tuh penting,,,tp ga bisa dipaksakan…

9. ‘semua’ orang harus jujur…bisa ga ya?…hehehe
biar ga da korupsi,kolusi dan nepotisme

10. cinta produk dalam negeri
tp jujur aja,,,emang barang luar lebih bagus….padahal org indonesia pinter2,,,apa yg salah ya?….atau kitanya aja yg kegengsian kali,,,liat barang yg bertuliskan ‘made in indonesia’ udah alergi pake,,,kebangetan ga tuh!!!

11. dukung pemerintah dalam melaksanakan programnya
toh kita juga yg milih…yg ga sesuai harapan ya jgn marah,,,berlapang dada lah,,,jg dendam,jg benci,,,tau ga pengaruhnya??
klo kita dendam atau benci…nanti klo tiba2 pemerintah buat kesalahan dikit aja….yg dendam dan benci semakin berkobar2 kaya api,,,seperti dikasih kesempatan buat marah…lalu bikin demo deh dimana2….
tp bukan berarti diem aja loh..
ya saya berusaha tuk ngerti….penyakit yang udah dibuat pemerintah sebelumnya berpuluh-puluh tahun…masa sih bisa disembuhkan hanya dalam waku ’5 tahun’…. kan ga adil namanya!!!,,,seharusnya bertahap..mungkin pemerintah sekarang nyembuhin dikit2…terus selanjutnya tambah dikit lagi…terus dan terus…nanti juga sembuh….
ya klo pemerintah dah kelewatan bgt,,,baru deh kita marah,,,

12. para wakil rakyat yg da d DPR jangan tersinggung ma band slank…tuh kan jd aja kebukti gara2 kasus suap kan???
hehehehe…ya slank juga sama…rakyat juga…lagian dia ngeluh secara sehat kok..pake musik,,,dijual2,,,biar semua org tahu keluhannya,,,kan jd didenger ma masyarakat luas tuh….jd kita tahu DPR tuh kaya apa,,,ya harus instropeksi dong,,,kita yg milih lebih hati2 juga…d DPR juga harus lebih instropeksi….soal nama baik mah no.2…yg penting instropeksi dulu,,lakukan dengan jujur…baru deh ngomogin nama baik,,,,sorry ya,,,ntar sy digugat lagi…hehehehe

13. klo semua org tahu ada kehidupan lain setelah hidup,,,pasti lebih hati2

14. terakhir deh,,kepanjangan ya..
bukan ngomporin biar gaji guru tinggi..tapi kayanya untuk seorang guru di indonesia,,,gajinya kecil deh…jd guru2 jg banyak yg males ngajar (tidak semuanya),,,mau ga mau,,,,alhasil anak didiknya yg kena….hehehe
bikin apa kek,,,penghargaan atau gimanalah terserah….biar guru2 di indonesia…lebih bersemangat lagi…ayo chayo!!!!..

bisa ga ya di indonesia diterapin kaya gtu?
Balas
*
11 abu abbad April 29, 2010 pukul 5:02 pm

saya setuju dengan pendapat anda brow
Balas
11.
12 HanuraGowa Mei 20, 2008 pukul 11:28 pm

Bangsa ini miskin adalah ulah birokrat dan sistem yang tidak berjalan dengan bagus, atau karakter para elit dan pihak-pihak yang terkait sangat egois dan tidak memiliki rasa kasih yang begitu berarti. mungkin kita pernah dengar kalau ada anak pejabat yang seklah diluar negeri tentunya dengan biaya yang luar biasa. hal ini berarti mereka sudah mengetahui kualitas pendidikan dalam negeri kurang bagus. sehingga kesannya, pejabat tersebut hanya menyelamatkan anak kandungnya saja. sedangkan anak-anak yang lain di negeri ini dibiarkan apa adanya. sebagaimana kita ketahui pejabat adalah public figur yang semestinya memberi contoh kepada masyarakat. dan jikalau ia menginginkan anaknya mendapatkan kualitas pendidikan yang bagus, tentunya harus menyelenggarakan sistem pendidikan yang berkualitas. nah inilah yang menyebabkan negara kita sangat bobrok. tak ada ras kasih dalam jabatan mereka, mereka sangat egois. ….
Balas
12.
13 Loetfia Dwi Rahariyani Februari 3, 2009 pukul 9:26 am

Miskin itu ada 3, miskin ilmu, miskin harta, dan miskin Iman. Nah…..Yang paling berbahaya dan bikin rusak……MISKIN IMAN
Balas
13.
14 Rakyat jelata yang miskin Maret 23, 2009 pukul 11:23 pm

Aku MENYESAL telah lahir sebagai orang indonesia!
Aku MENYESAL punya orangtua dari indonesia!
Aku MENYESAL lahir dari keluarga indonesia yang MISKIN!
Seumur-umur aku miskin terus…kapan ya aku bisa kaya???
Aku MENYESAL udah lahir ke dunia ini!!!
Balas
*
15 nesa November 30, 2010 pukul 9:32 pm

matio
Balas
14.
16 mia nurmawanti Maret 30, 2009 pukul 2:13 pm

bagimana caranya mengatasi kemiskinan di nagara kita….apa ada yang tw
Balas
15.
17 Rp. Laksono Mei 29, 2009 pukul 11:39 pm

Ada banyak cara untuk mengatasi kemiskinan terutama di indonesia karena untuk merealisasikan keluar dari kemiskinan harus ada perubahan yang baik dari individunya sendiri, yaitu meliputi perubahan sikap, religi / spiritual, daya tarik, cara berfikir, profesi, ilmu pengetahuan / informasi, lingkungan, peran dalam sosialnya, logistik / kesehatan, bantuan & pertolongannya. Perubahan dengan mengurangi beberapa resiko : penyakit, kriminalitas, kejahatan, bahaya & berbagai potensinya.
Pernyataan diatas berdasarkan dari kenyataan dalam kehidupan masyarakat.
Semoga kemiskinan dapat segera teratasi dengan baik….Terimakasih.
Balas
16.
18 Peduli Indonesia September 20, 2009 pukul 11:04 pm

saya juga pelajar yang peduli juga ma perkembangan Indonesia. Mnyikapi mslh ini, sya sring bgt brtanya, kalo “orang-orang” aja tau gimana seharusnya menyikapi masalah pendidikan ini, ga mungkin kan para petinggi di pemerintahan itu ga tau. secara yang dipilih buat jadi para petinggi n pejabat negara itu absolut pasti orang yang mampu bekerja dibidang masing-masing. nah kalo sering kita ngomel “kan harus nya pemerintah gini, gitu, dll, dsb, dst”, apa kita ga pernah berpikir bahwa “para petinggi yang lebih kompeten aja belum “BISA” menyelesaikan masalah ini, apalagi saya yang cuma pelajar atau orang biasa?”.
Kadang masalah keliatan simpel banget, tapi saya belajar sesuatu, semakin kita tidak mengerti, semakin kita gampang menyelesaikan masalah. contoh kita ga gitu ngerti tentang mat, trus ada soal 1+1=?, pastinya kita jawab dgn gmpng bgt =2, tapi ketika ditanya sebabnya, kita ga bisa jelasin secara “benar”. Nah kalo anak TK aja bisa ngerjain itu, buat apa mahasiswa/i belajar itu lagi di kuliah?
intinya bahwa apa yang kita lihat atau anggap gampang, belum tentu segampang atau sesimpel yang kita kira, jadi kita juga harus menghargai para petinggi kita di sana. Tapi hal itu bukan berarti bahwa kita harus tutup mulut n bungkam sama sekali, kita bisa bantu pemerintah dengan memberi saran n masukkan, tapi bukand dengan demo yg brutal2an atau teror2 atau pelecehan gitu. ngakunya orang terpelajar, jadi kita juga harus tunjukkin bagaimana cara mengungkapkan pendapat dengan baik, bukan asal-asalan n kemakan emosi sendiri.
Trus kalo uda ‘introspeksi’ diri kita, baru ngeliat dengan jernih bener2 sistem n program2 pemerintah. Kalo emang acak-acakan n ga jelas alias ga bermutu, baru kita sampaikan saran opini kita dengan cara orang terpelajar. bis itu sebaiknya para petinggi juga ga sombong n nganggep rendah rakyatnya dengan berpikir “siapa lo? emang lo lebi pinter dari gw?”. pikiran itu bahaya banget, karena bisa mmbutakan kita akan kesalahan2 kita. jadi dua2 nya harus saling introspeksi diri n tolong satu sama lain dengan cara terpelajar. kan ga mungkin kita bisa ngeluarin selumbar dari mata orang lain, padahal di mata kita sendiri ada balok yang menutup pandangan kita..??
http://opini.wordpress.com/2006/11/08/membangun-pendidikan-mengatasi-kemiskinan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar